Miliki hati untuk memberi yang terbaik

Rabu, 13 Maret 2013 0 komentar

Miliki hati untuk memberi yang terbaik

Kita bisa memberi yang terbaik karena kita sudah menerima yang terbaik dari Tuhan.  Kalau manusia sukanya hitung-hitungan, tetapi ingat bahwa Tuhan sudah mengajarkan untuk memberi yang terbaik.  Tuhan menginginkan kita untuk memberi dengan sepenuh hati.  Bicara tentang persembahan, pemberian, Tuhan inginkan hati kita sepenuhnya.  Mari lihat apa yang Tuhan berikan ketika kita tidak hitung-hitungan dalam uang atau pemberian kita.
Kita juga akan belajar tentang perpuluhan dari kitab Maleakhi 3:6-12.  Tuhan menginginkan umatnya tidak sekedar perpuluhan-perpuluhan saja, tetapi seperti di Perjanjian Baru bahwa belas kasihan dan keadilan tidak boleh diabaikan.  Abraham diuji oleh Tuhan untuk memberikan yang terbaik yaitu anaknya.  Lalu bagaimana dengan kita?  Sampai dimana kita memberikan yang terbaik?  Apa yang kita miliki akan terus diuji seperti Abraham, apakah kita mau terus memberi yang terbaik atau tidak.
Di Maleakhi 3:6 tertulis bahwa bani Yakub tidak akan lenyap.  Yakub ini adalah orang yang memegang perjanjian dan ditentukan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa oleh karena Tuhan.  Di luar Tuhan bani Yakub bisa lenyap.  Hal itu juga bisa terjadi pada kita kalau kita memberikan yang terbaik kepada Tuhan.  Apapun yang kita hadapi kalau kita berpaut pada Tuhan maka Ia akan jagai.  Mungkin terkadang cara Tuhan tidak masuk akal, tapi Ia benar-benar menjagai kita.  Seperti Maria ketika ia harus mengandung Yesus melalui Roh Kudus.  Maria hanya berkata “sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah apa yang Bapa kehendaki”.  Tuhan ingin kita memiliki sikap hati yang seperti Maria yaitu taat saja tanpa mempertanyakan bagaimana itu bisa terjadi.
Di ayat 7, ada masalah dengan umat Tuhan tentang perpuluhan.  Di sinilah masalah manusia yaitu manusia bisa menyimpang dari ketetapan Tuhan.  Namun Tuhan sabar terhadap kita supaya kita keluar dari perbuatan itu.  Dari awal Tuhan menginginkan persekutuan dengan manusia.  Oleh karena itu, betapa pentingnya pemberitaan Injil.  Melalui pemberitaan Injil ini manusia bisa kembali bersekutu dengan Tuhan.
Ada ketetapan-ketetapan Tuhan yang harus kita pelihara, supaya baik-baik keadaan kita (Mal 3:8).  Namun Iblis akan terus berbicara, “kalau kita memberi yang terbaik nanti bisa tidak cukup buat hidup kita”.  Namun jika Tuhan sudah berbicara maka ke depan akan terjamin.  Tetapi sebagai manusia kita pasti pernah melakukan penipuan, seperti di dalam hal perpuluhan (Mal 3:9).  Yudas Iskariot jatuh di dalam hal itu.  Kelihatannya ia memperhatikan orang miskin, tetapi sebenarnya ia mementingkan diri sendiri.
Tuhan sampai berkata “ujilah Aku”, berarti ada janji yang sudah pasti Tuhan berikan kepada kita apabila kita memberikan yang terbaik (Mal 3:10).  Namun tidak hanya sampai di sini.  Tujuan Tuhan memberikan janji itu pada kita yaitu untuk menjadi saksi (Mal 3:11-12).   Bukan hanya bermimpi menjadi kaya untuk diri sendiri, tetapi untuk menjadi saksi.
Tuhan sudah mengajarkan kita untuk bermurah hati, tetapi di dalam perjalanan ini ada jebakan-jebakan yang disediakan oleh Iblis yaitu mamon dan roh kemiskinan.  Namun bagi kita yang sudah dilahirkan kembali, keinginan kita untuk memberi itu lebih kuat daripada jebakan Iblis itu.  Kita pasti mau memberi yang terbaik dan dengan sepenuh hati.  Kalau kita melakukan yang terbaik maka yang terbaik lagi akan muncul lebih dari yang kita lakukan.  Kita tidak hanya berbicara tentang memberi dan keluar-keluar uang saja, tetapi hati ini yang terus mau memberi yang terbaik.  Lebih dari sekedar praktek-praktek yang sering kita kerjakan tanpa hati yang sungguh-sungguh.  Pemberitaan Injil juga bicara tentang memberi.  Mungkin kita bisa ditipu atau diberi alamat yang salah, lalu bisa kecewa, tapi jika kita merenung di dalam Tuhan maka kita akan menemukan kembali rasa percaya diri untuk memberitakan Injil.
Terkadang bicara memberi, pikiran-pikiran manusia berusaha menahan.  Seperti yang tertulis dalam Yohanes 12:1-8 tentang Yudas Iskariot.  Yudas mempunyai pemikiran yang kelihatan sangat bagus untuk orang-orang miskin, tetapi ia tidak dapat melihat hati Maria yang ingin memberi yang terbaik kepada Yesus.  Maria memberikan yang terbaik, tapi kadang kita sendiri juga berpikir seperti Yudas.  Daripada uang itu untuk pemborosan lebih baik untuk ini atau itu saja yang menurut kita lebih baik.  Padahal pemikiran seperti itu bisa menahan kasih kita kepada Tuhan.

Sehingga Tuhan pun menahan untuk memberikan perkara-perkara besar karena kita selalu berpikir yang menurut kita baik.  Kita harus tahu bahwa apabila kita terus memberi yang terbaik maka kita tidak akan jauh dari pewahyuan-pewahyuan Tuhan.  Kita akan lihat jiwa-jiwa ditambahkan dan terobosan-terobosan nyata terjadi jika kita keluar dari rasa mementingkan diri sendiri.
Ada tingkatan dalam pemberian yaitu perpuluhan, seperti yang tertulis di Maleakhi 3:10 bahwa Tuhan bisa melakukan yang lebih baik dari yang bisa kita lakukan.  Kemudian persembahan khusus dan yang terakhir persembahan dalam penderitaan.  Persembahan dalam penderitaan, kita bisa melihatnya dari persembahan seorang janda yang memberi dua peser.  Ketika itu, Yesus berkata pada murid-murid-Nya bahwa janda itu memberi dari kekurangannya.  Janda itu memberi bukan untuk menunjukan bahwa ia bisa memberi, tetapi ia memberi dengan segenap hati dari apa yang ia miliki.  Tuhan ingin memperlihatkan kepada murid-murid-Nya untuk memiliki hati yang seperti itu dalam pemberian mereka.  Setelah itu, tidak tertulis bahwa janda itu kekurangan.  Maria yang membeli minyak mahal untuk Yesus juga tidak kekurangan.  Namun Yudas yang kelihatan bagus dalam pemikirannya malah akhirnya gantung diri.  Lalu sekarang bagaimana dengan kita, mau memberi dengan sepenuh hati atau asal-asalan?    
Zaman dahulu memberi minyak narwastu pada seseorang adalah suatu adat yang hanya diberikan kepada orang yang dikasihi (Matius 26:6-13).  Waktu itu, murid-murid Yesus berkata “untuk apa pemborosan ini” dan Yesus menjawab “mengapa kamu menyusahkan perempuan ini?”  Murid-murid Yesus berusaha memasukan pikiran-pikiran lain, padahal perempuan itu ingin memberi yang terbaik kepada Yesus.  Memberi yang terbaik kepada Yesus bukanlah pemborosan, tetapi persembahan.  Kita tidak perlu mengharap kembali karena bukan itu yang utama melainkan kemuliaan yang akan diberikan Tuhan pada kita.  Kita pasti tidak akan kekurangan.  Yang terbaik pasti kita dapatkan jika kita memberi yang terbaik, lebih dari yang dunia tawarkan.  Pemberian terbaik tidak akan mengecewakan karena itu keluar dari hati.  Ini tidak hanya berhenti pada perpuluhan atau persembahan saja, tetapi hati yang terus mau memberi yang terbaik dan hidup yang sungguh-sungguh kepada Tuhan.  Tuhan akan terus menguji hati kita.  Ia menginginkan hati kita sepenuhnya kepada-Nya.  Tuhan tidak ingin kita pas-pasan, tapi Ia memberi dengan kelimpahan.  Seperti Ishak, dimana dia menabur maka ia mendapatkan buahnya meski tanahnya kering pada mulanya.
Setelah kita dilahirkan kembali, Tuhan ingin melakukan hal-hal besar yang lebih lagi bersama kita.  Seperti yang tertulis di Yehezkiel 36:33-37, Tuhan menantikan kita untuk meminta hal-hal besar kepada-Nya.  Namun kadang kita takut untuk meminta banyak atau yang besar kepada Tuhan.  Pemikiran kita sering berhenti pada “ya sudahlah segini aja cukup”.  Seperti Abraham yang lama tidak mempunyai anak, sampai akhirnya dia mengambil Hagar, padahal Tuhan sudah berjanji akan memberikan anak melalui Sarah.  Hal-hal besar memang hanya Tuhan yang bisa lakukan, dan itu jangan dibatasi dengan pemikiran kita yang dangkal.  Sering hal itu tertahan karena ketakutan kita, tetapi orang benar akan hidup oleh iman.  Namun Tuhan lakukan bukan karena kita, tetapi karena Ia ingin lakukan.  Jangan berusaha mencari pengakuan di dalamnya.  Pemberitaan Injil juga terjadi karena penyertaan Tuhan.
Mari kita tidak hanya perpuluhan, tetapi belas kasihan dan keadilan jangan diabaikan.  Kita memberi tidak hanya sekedar memberi lalu seolah-olah sudah taat.  Namun sampai seperti janda yang bertemu dengan Elia dan Elia meminta roti janda itu.  Meski janda itu sudah habis-habisan, tetapi ia tetap mau memberikan roti kepada Elia dan akhirnya janda itu beserta anak-anaknya tidak kekurangan.  Kadang kita tanpa sadar berada dalam roh kemiskinan karena kita mulai takut-takut dalam memberi.  Ingat bahwa di dalam Tuhan ada pekerjaan besar, jangan batasi dengan pemikiran kita.  Kalau kita menginginkan yang terbaik ya lakukanlah yang terbaik.  Tuhan ingin melihat bahwa tidak ada lagi yang berusaha menahan kita.  Supaya orang-orang melihat bahwa kita adalah tanaman kesukaan Tuhan.  Semua pemberian adalah tanda penyembahan kita, tanda keutuhan penyembahan kita, dan kasih kita kepada Tuhan. Hosea hartono

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Penginjilan | TNB