Pada kesempatan ini,
Steve membagikan sesuatu supaya cara pandang kita semakin luas. Di Mazmur 121, Daud mengangkat matanya
melihat gunung-gunung dan dari sanalah datang pertolongan baginya. Pertolongannya yaitu dari Tuhan pencipta
langit dan bumi. Tuhan juga menginginkan
supaya kita melihat langit dan bumi tanpa ada batasan. Seperti Abraham, ia tidak mempunyai anak tapi
Tuhan berjanji memberinya anak. Pada
nyatanya Abraham masih belum mempunyai anak.
Ia mulai tertunduk lalu Tuhan
membawanya untuk melihat bintang di langit dan pasir di pantai. Tuhan berkata bahwa keturunannya akan seperti
itu banyaknya. Abraham melihat hal itu
sebagai nubuatan untuk masa depannya.
Secara nyata Abraham tidak melihat apa yang Tuhan katakan, tapi ia
menjadi bagian dari orang-orang yang melihat bahwa janji itu sampai pada
kita. Kita memenuhi janji dari
orang-orang yang sebelum kita.
Waktu Saudara dalam suatu tantangan dan berseru kepada
Tuhan, terkadang Tuhan belum menjawab seruan kita. Pernahkah Saudara mengalaminya? Atau pernahkah Tuhan menjawab tapi itu
melebihi dari keadaan yang Saudara lihat?
Tuhan tidak menginginkan kita terfokus pada apa yang bisa kita lihat
dengan mata jasmani kita. Namun Tuhan
mau kita terfokus pada apa yang sudah Tuhan tetapkan untuk masa depan
kita. Seperti Gideon, dia orang yang
kecil, penakut, suka bersembunyi, pemalu, dan cara pikirnya pun kerdil. Waktu itu malaikat datang dan berkata “hai,
kamu tentara Tuhan yang perkasa”.
Malaikat tidak berkata “aku akan membuatmu tinggi atau aku akan memberi
roti” padahal itu yang diharapkan Gideon.
Pikiran Gideon hanya pada roti yang untuk sehari, tapi pikiran Tuhan
untuk melepaskan suatu bangsa.
Kita sudah berbicara tentang hadirat dan kemuliaan
Tuhan. Kita tidak hanya tahu, tetapi
kita harus merasakan hadirat dan kemuliaan Tuhan. Musa berkata bahwa ia tidak akan pergi kemana
pun kalau Tuhan tidak menyertainya. Musa
senang dengan hadirat Tuhan karena ia tahu tanpa hadirat Tuhan ia tidak dapat
berbuat apa-apa. Kemudian Tuhan berkata
‘Aku akan menyatakan nama-Ku di dalam hadirat-Ku. Tuhan akan menyatakan kemuliaan-Nya kepada
Musa (Keluaran 34:34).
Kita akan semakin dalam di hadirat Tuhan. Namun kita tidak hanya mengalami, tapi
kita mendemonstrasikan
kemuliaan-Nya. Kita mendemonstrasikan
belas kasihan, pengampunan sehingga muncul pertobatan. Jika kita terus melakukannya, itu yang akan
membuat kita terus hidup. Bukan hidup
yang biasa, tapi hidup yang berbeda karena kita memenuhi janji-janji
Tuhan. Kita menciptakan gereja-gereja
lokal tentang pengertian kebenaran Tuhan, kuasa Tuhan, hidup dalam hadirat
Tuhan dan melepaskan kemuliaan-Nya. Kita
harus terus pegang hal ini dan jangan menjadi lelah untuk melakukannya. Karena kita akan menciptakan suatu budaya
yaitu budaya kerajaan Tuhan.
Kita mau berjalan setiap hari dengan manifestasi. Kita akan melihat keselamatan, penyembuhan,
kelepasan dari roh-roh jahat. Oleh
karena itu, janganlah kita meninggalkan pertemuan-pertemuan ibadah (Ibrani 10:25). Kita saling mendorong satu sama lain dalam kasih dan pekerjaan yang
baik. Kita juga terus mendoakan orang
sakit, membangkitkan orang mati dsb.
Kalaupun belum terjadi ya terus lakukan.
Itu sudah janji Tuhan kalau orang bisa bangkit dari kematian. Selama kita tidak pernah mencoba melakukan
dengan iman, maka itu tidak akan pernah terjadi. Tuhan kita adalah Tuhan yang setia. Ia akan bekerja pada orang-orang yang
setia. Jika kita terus lakukan, kita
akan menciptakan suatu budaya. Bukan
budaya gereja-gereja di Indonesia kalau pujian penyembahan dengan
semangat. Kebanyakan adalah tenang dan
kadang membuat mengantuk. Namun budaya
yang sudah kita ciptakan yaitu budaya kerajaan Tuhan, iman, semangat, akan
mempengaruhi kota-kota lain juga. Tidak
hanya semangat dalam pujian penyembahan, tapi juga melihat orang-orang
diselamatkan. Mengapa banyak gereja
berpikir “kenapa harus semangat? Seperti
ini saja sudah cukup”? Karena memang ada
musuh yaitu Iblis. Iblis mau mengikat
kita dan ia tidak ingin kita pergi untuk memberitakan Injil, menyembuhkan orang
sakit dll. Iblis ingin kita menerima
Injil yang lemah, misalnya percaya Yesus saja sudah cukup.
Di dalam budaya yang sudah kita ciptakan tidak ada tempat
untuk menjadi pasif. Bahkan kita dilatih
untuk terus hidup dalam iman. Zaman
sekarang banyak sekolah Alkitab malah tidak mengajarkan untuk hidup dengan
iman. Mereka tidak percaya tanda-tanda
mujizat bisa terjadi. Namun mereka tidak
bisa menyangkal kesaksian kita bahwa kesaksian kita benar. Seperti dalam Kisah Para Rasul 1:8, kalau Roh
Kudus turun atasmu, kamu akan menjadi saksi-Ku.
Saksi adalah orang yang sudah melihat sesuatu terjadi kemudian ia
ceritakan. Kalau kita menjadi saksi dari
suatu kecelakaan, kita tidak bisa berdiri dan berkata “kecelakaan ini saya
lihat dari koran”. Saksi adalah orang
yang melihat dengan mata kepala sendiri.
Kita pun bersaksi tentang Tuhan yaitu tentang apa yang kita lihat dan
yang Tuhan lakukan pada kita.
Di Yosua 24:31, bangsa Israel menyembah Tuhan dan
melayani-Nya. Itu pada waktu zaman
Yosua. Kemudian di kitab Hakim-Hakim
dikatakan mereka tidak mengenal jalan Tuhan, melakukan kejahatan, melakukan
yang baik pun tapi tidak mempunyai iman.
Namun kita telah menciptakan suatu budaya untuk hidup oleh iman dan itu
mempengaruhi yang lain. Memang untuk
mempengaruhi yang lain itu butuh waktu, tapi kita percaya bahwa itu akan
dipercepat.
Kita juga perlu semangat untuk orang lain, untuk
orang-orang terhilang, orang-orang sakit, supaya kuasa Tuhan dapat
didemonstrasikan. Hal itu harus menjadi
gaya hidup, budaya, atmosfer. Kalau kita
terus melakukan maka janji-janji Tuhan akan semakin mudah. Dari 100 orang yang kita doakan mungkin baru
satu orang yang sembuh, tapi itu akan terus meningkat menjadi dua orang, tiga,
sepuluh dan seterusnya. Semakin lama
akan semakin mudah. Namun hal itu bukan
malah membuat kita malas, tapi kita akan semakin semangat dan setia
melakukannya. Jika kita terus dalam
atmosfer ini, waktu kita bertemu orang di luar sana, orang bisa rasakan
atmosfer yang ada di dalam kita.
Sebenarnya setiap orang diciptakan untuk menyembah Tuhan. Ketika mereka tidak menyembah Tuhan, banyak
dari mereka yang depresi. Ada sesuatu
dalam diri mereka yang sebenarnya menginginkan Tuhan. Waktu kita memberitakan Injil kepada mereka,
meski kelihatan menolak, tapi suatu saat mereka akan merespon. Lalu kita diberi kehormatan untuk bertemu
orang-orang yang merespon dan kita menuntun mereka kepada Kristus. Oleh karena itu, jangan berhenti karena kita
pasti bertumbuh dari satu kemuliaan ke kemuliaan lainnya.
Selanjutnya Steve berbicara tentang sumur karena ia percaya
Tuhan menginginkan kita menggali lebih dalam sumur itu. Mari kita baca di Kejadian 26:12-22, ini
bercerita tentang Ishak yang diberkati Tuhan dan tentang sumur yang ia gali
lagi karena telah ditutup oleh orang Filistin.
Kita percaya bahwa kita juga sedang dalam perjalanan ini, tetapi itu
semua dimulai dari Tuhan memberkati mereka dan sekarang kita adalah orang yang
diberkati. Pasti akan ada tuaian karena
Tuhan sudah memberkati kita. Tuaian itu bukan
hanya materi, tapi kekayaan dalam Tuhan yang sudah ada dalam kita seperti
semangat kita. Waktu menggali sumur,
mungkin ada yang berkata “itu sumur kami”, tetapi kita tidak perlu bertengkar
atau terpengaruh dengan perkataan itu.
Teruslah menggali. Hal seperti
itu tidak akan menghentikan kita untuk terus menggali.
Kemudian kita juga menggali sumur yang telah ditutup. Sumur yang telah ditutup itu menggambarkan
gereja yang awalnya semangat, hidup dengan iman, tapi berhenti dan tidak
seperti dulu lagi. Mulai masuk
sampah-sampah, bangkai, tapi tidak pernah digali lagi sehingga sumur itu tidak
bisa digunakan lagi. Kitalah yang akan
menggali sumur itu. Asal kita terus di
dalam kumpulan yang saling mendorong, bersaksi, terfokus, dan membawa atmosfer
kerajaan Tuhan.
Gereja-gereja di Barat sedang digoncangkan dengan gereja
yang sungguh-sungguh mengalami penganiayaan karena Kristus. Kebanyakan gereja di Barat bergantung pada
uang. Tuhan ingin gerejanya menggunakan
cara yang berbeda dengan sistem dunia bekerja.
Tuhan akan memperlihatkan kuasa yang berbeda dengan apa yang dunia
tawarkan. Gereja akan mulai bangkit
dengan kemurnian, bangkit secara transparan dalam keuangan, dsb.
Kembali tentang sumur.
Sumur bicara tentang kesegaran.
Di Kisah Para Rasul 3:19-20, tertulis bertobatlah dan Tuhan akan memberi
kelegaan. Tuhan yang akan membawa kita
pada kelegaan (penyegaran). Dimulai dari
pertobatan maka datanglah penyegaran.
Tempat yang sudah Tuhan tetapkan bagi kita akan menjadi tempat
penyegaran. Bukan akan terjadi, tapi
sudah terjadi. Di Australia sekitar 95%
orang-orangnya tinggal di pinggir-pinggir pantai. Di tengah Australia tidak banyak air, banyak
pasir, kering, dan tumbuh-tumbuhan jarang, tetapi di situ ada peternakan yang
sangat luas. Suatu hari ada orang lewat
di peternakan itu dan bertanya pada seseorang di peternakan itu “Ini sapi
siapa? Dan berapa jumlah sapinya?” Orang
itu hanya menjawab tidak tahu. Kemudian orang
yang lewat itu berkata “Pasti di sini butuh banyak pagar karena sapinya banyak
dan supaya tidak lari kemana-mana”. Lalu
jawaban orang di peternakan itu “Kami tidak mempunyai pagar, tetapi kami
menggali sumur. Di mana ada sumur pasti
sapi-sapi datang”. Seperti itulah
gambaran gereja. Banyak gereja hanya
terobsesi mengumpulkan orang, tapi tidak boleh pergi ke mana-mana supaya
program-program gereja terpenuhi. Yang
seharusnya kita lakukan adalah menggali sumur supaya orang-orang datang dan
masuk dalam gaya hidup seperti kita (gaya hidup kerajaan Tuhan). Ada atmosfer, kuasa, hadirat Tuhan, dan
kemuliaan-Nya dinyatakan. Kita tidak
perlu pagar. Namun yang perlu kita
lakukan adalah minum dari sumur itu, dikuatkan, disegarkan lalu belajar dan
mengalami kemuliaan Tuhan.
Steve Potter
0 komentar:
Posting Komentar