Penyembahan yang Benar

Sabtu, 21 Desember 2013 0 komentar
Mari kita buka di Mazmur 34:1-2, di ayat ini Daud pura-pura tidak waras di depan Abimelekh sehingga ia diusir.  Kemudian Daud memuji Tuhan dalam segala waktu.  Banyak orang berpikir puji-pujian dinyanyikan hanya waktu di gereja atau di konser.  Sebenarnya ketika kita memuji, kita tahu maksud dari pujian itu.  Banyak dari kita menyanyi karena suka dengan nadanya.  Padahal seharusnya puji-pujian keluar dari hati kita.  Itu merupakan suatu pernyataan.  Daud adalah contoh pemuji yang luar biasa bahkan ia sampai telanjang ketika memuji Tuhan.  Tuhan ingin kita memuji dari sesuatu yang kita alami. 
Bangsa Israel sudah akan dibunuh waktu itu, tetapi karena seruan Musa maka mereka tidak jadi dibunuh.  Tuhan juga berlaku hal yang sama pada kita.  Firman-Nya berkata “mintalah maka akan Ku berikan kepadamu”.  Ini bukan minta-minta yang seenaknya.  Jika kamu tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam kamu, mintalah apa saja dalam nama-Ku maka akan Kuberikan kepadamu.  Orang-orang yang tinggal di dalam Tuhan pasti memiliki ekspresi dan pasti ada juga puji-pujian. 
Kita akan mengulang sedikit yang dibagikan minggu lalu tentang pujian dan penyembahan.  Di dunia ini orang paling senang dengan yang namanya pujian, bahkan penyembahan juga.  Misalnya, apakah Saudara suka kalau ada orang yang taat pada Saudara?  Itu salah satu bentuk dari penyembahan karena orang tersebut memberikan dirinya untuk mengikut Saudara.  Pujian dan penyembahan tidak hanya kepada Tuhan, tetapi satu sama lain pun juga bisa. 
Yang pertama, arti pujian adalah proklamasi: Pujian adalah deklarasi pekerjaan-pekerjaan Allah yang besar dan berkuasa.  Yang kedua, pujian adalah korban.  Sebenarnya waktu kita memuji Tuhan ada tindakan kita yang membunuh sesuatu yaitu membunuh kedagingan atau ego kita.  Daud sampai telanjang waktu memuji Tuhan karena ia berpikir ‘apa yang memalukan?’  Pujian menyiratkan bahwa Tuhan besar dan kita tidak ada apa-apanya.  Ada gereja yang tidak mau bergerak ketika memuji Tuhan karena takut menyinggung Tuhan.  Padahal di firman Tuhan tertulis ‘menarilah, bersorak-sorai, pujilah Tuhan’.  Pujian harus diekspresikan.  Mengasihi Tuhan juga harus diekspresikan dengan melakukan perintah-Nya.  Bukan dengan menyanyi karena menyanyi itu belum melakukan perintah Tuhan.  Mengetahui dan melakukan adalah dua hal yang berbeda.  Sekarang banyak gereja mengetahui, tapi tidak pernah melakukan.  Mari kita melakukan pujian dan penyembahan di mana saja. 
Kemudian tentang penyembahan.  Kita tidak bisa menyembah Tuhan tanpa ada pujian, begitu juga sebaliknya.  Waktu memuji Tuhan kita mematikan kedagingan atau ego kita, baru kita bisa berserah kepada Tuhan.  Mengikut Tuhan harus ada bayar harga, komitmen, tanpa itu semua kita tidak bisa mengikut Tuhan.  Banyak dari kita mau menyanyi untuk Tuhan, tapi tidak mau bayar harga.  Kota Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum sekarang sudah hancur.  Kota-kota itu hanya mau mujizat tapi tidak mau pertobatan.  Zaman sekarang orang suka dengan mujizat Tuhan dan kebaikan-Nya, tapi tidak mau menjadi korban bagi Tuhan.  Dalam penyembahan, kita harus melihat bahwa Tuhan yang kita sembah harus berada di atas kita.  Kita menjadi hamba, sahabat, dan anak-Nya.  Sebagai anak kita bisa minta apa saja.  Namun ingat kita juga menjadi hamba dimana waktu Tuhan memerintahkan untuk pergi maka kita harus pergi. 
Di Perjanjian Lama ada tempat khusus untuk menyembah Tuhan.  Di Perjanjian Baru juga ada, tapi tidak perlu dibuatkan ruangan khusus karena Tuhan tinggal di dalam hati kita.  Dalam keadaan tidak enakpun, kita tetap tidak masalah karena Tuhan tinggal di dalam hati kita.  Orang yang luar biasa di hari Minggu adalah hasil dari apa yang ia lakukan yang tidak terlihat.  Misalnya doa dan puasa yang tidak diketahui orang.  Seorang pemimpin pujian pasti berbeda waktu dia juga melakukan hal-hal di dalam Tuhan yang tidak kelihatan.  Ketika Daud telanjang, Tuhan tidak mempermasalahkan hal itu karena Tuhan melihat hati Daud yang sepenuhnya.  Daud mematikan egonya dan mulai menyembah Tuhan dengan iman.  Pujian membawa kita masuk dalam penyembahan.  Dalam pujian kita mengenal Dia, lalu dalam penyembahan kita melakukan perintah-Nya.  Mengetahui dan melakukan itu berbeda.  Dan kita tidak bisa melakukan tanpa mengetahui. 

Ada tujuh hal tentang penyembahan yang benar:
1.    Penyembahan yang benar menyingkapkan eksistensi (keberadaan) Tuhan
Waktu kita memberitakan Injil, kita memberitahukan bahwa Tuhan itu ada.  Ia bisa mengubah hati kita.  Banyak orang pintar di dunia ini tidak percaya bahwa Tuhan itu ada.  Tuhan itu ada, tapi Ia tidak kelihatan karena Tuhan adalah roh.  Dalam pujian penyembahan kita mematikan ego dan berserah supaya kita menjadi serupa dengan Tuhan.  Di 2 Korintus 3:15-18, bangsa Israel membaca kitab Musa, tapi tidak mengerti karena ada selubung yang menutupi mereka.  Selubung itu harus diambil dan Yesuslah yang bisa menggenapinya.  Selubung itu akan disingkapkan ketika kita berbalik dari hati kita yang jahat yaitu ketika dilahirkan kembali dan bertobat.  Bertobat yaitu mematikan cara-cara dari diri sendiri.  Kemudian kita akan mengalami kemerdekaan karena Tuhan tinggal di dalam hati kita.  Kemana pun kita pergi, Tuhan ada.  Setelah itu kita akan mencerminkan kemuliaan Tuhan dan diubah dalam kemuliaan yang semakin besar (from glory to glory; ever increasing glory).  Dari iman ke iman, dari kasih karunia ke kasih karunia, dari kemuliaan ke kemuliaan.  Kemuliaan itu tetap sama.  Tidak kemuliaan satu lebih besar dari kemuliaan satunya.  Namun kitalah yang berubah dari satu kemuliaan ke kemuliaan lainnya.  Bukan kemuliaannya yang berbeda, tapi orangnya yang berubah.  Kita semua tidak ada yang langsung menjadi serupa dengan Tuhan, tapi kita berubah dari kemuliaan ke kemuliaan. 

2.    Penyembahan yang benar meninggikan nama Yesus dan firman Tuhan
Yesus yang ditinggikan dan itu harus sesuai dengan firman-Nya.

3.    Penyembahan yang benar membawa hadirat Tuhan
Semuanya ini harus dengan iman karena memang tidak terlihat oleh mata.  Kita baru bisa melihat kalau Tuhan memanifestasikan hadirat-Nya.  Meski tidak terlihat, tetapi kita bisa merasakan-Nya. 

4.    Penyembahan yang benar menerima dan mengirim bunyi-bunyian sorgawi
Kita tidak bisa memuji dan menyembah Tuhan hanya di dalam hati.  Kita perlu bersuara karena bunyi-bunyian itu penting.  Seperti misalnya kita memuji orang, kita pasti bersuara supaya orang itu mengerti apa yang kita maksudkan.  Ada waktunya kita memang diam, tapi itu ada tujuannya yaitu untuk mendengar suara Tuhan. 

5.    Penyembahan yang benar berfokus pada Tuhan, bukan diri sendiri
Daud fokus kepada Tuhan ketika ia memuji dan menyembah Tuhan.  Ia tidak lagi memikirkan dirinya sendiri.  Sedangkan apabila kita bekerja ya fokuslah pada pekerjaan.  Jangan kepada Tuhan.  Namun apabila sedang pujian dan penyembahan, kita harus berlatih fokus pada Tuhan sehingga kita bisa mendengar Tuhan berbicara.  Seperti tentara yang sedang berperang.  Ia harus fokus, kalau ia bercanda bisa saja ia mati dalam peperangan.

6.    Penyembahan yang benar mentransformasi si penyembah
Kita harus ada transformasi.  Oleh karena itu, ketika kita pulang dari gereja ada sesuatu yang berbeda.  Kita berubah dari kemuliaan ke kemuliaan.  Tidak pernah menjadi sama.  Kalau sama pasti membosankan.  Semua manusia sudah kehilangan kemuliaan Tuhan sehingga mereka mudah bosan.  Namun murid-murid Yesus tidak pernah berhenti mengejar Tuhan meski mereka pernah melakukan kesalahan.

7.    Penyembahan yang benar adalah keintiman dengan Tuhan
Kita bisa merasakan keserupaan dengan Tuhan ketika kita intim dengan-Nya.  Penyembahan dalam keintiman itu tidak buru-buru.  Pujian dan penyembahan tidak hanya dilakukan waktu di gereja saja.  Waktu sendiri juga bisa.  Di tempat kerja juga bisa.  Ketika Saudara melakukan perintah dari atasan Saudara di tempat kerja itu termasuk suatu pujian.  Semua itu dimulai dari kita dengan Tuhan sehingga kita menjadi terbaik di tempat kerja, di sekolah, dll.  Pujilah Tuhan setiap waktu.
Kita bisa mentransformasi orang ketika kita sudah ditransformasi.  Garam itu harus asin supaya bisa mempengaruhi orang lain.  Kalau garam tidak asin lagi, itu hanya akan diinjak-injak orang.  Jika kita memuji dan menyembah Tuhan, ‘garam’ akan semakin asin karena kita membawa keserupaan dengan Tuhan.  Banyak orang sepertinya mengacuhkan, tapi sebenarnya mereka menantikan berita baik yang kita bawa ini.  Mari kita minta kepada Tuhan maka Ia akan memberikannya kepada kita.
Darwin Egan Lontoh

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Penginjilan | TNB