Hati Yang Dipenuhi dengan Firman

Senin, 14 Oktober 2013 0 komentar
Hati Yang Dipenuhi dengan Firman
Hidup kudus bagi sebagian orang adalah suatu hal yang sulit dilakukan.. Padahal hidup kudus adalah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Hidup kudus bukan sesuatu yang diusahakan oleh kita sendiri. Hidup kudus bukanlah ketika kita lebih rajin datang dalam pertemuan ibadah, memberikan persembahan atau perpuluhan lebih banyak,  Hidup kudus adalah pada saat hati kita berbalik kepada Tuhan dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya.  Pada saat manusia jatuh dalam dosa, kecenderungan apa yang kita lakukan adalah dosa.  Sejak kita dilahirkan, tanpa kita diperintahkan untuk melakukan dosa, secara otomatis kita melakukan semua yang dikatakan dosa.   Pada Ulangan 30:11-14, Sebenarnya perintah Tuhan tidak sulit untuk kita lakukan tetapi kita membuat Firman seakan-akan sulit untuk dilakukan. Manusia cenderung lebih mudah menjalankan perintah manusia atau suatu yang bersifat natural. Bagi mereka suatu hal yang bersifat supranatural hanya orang-orang tertentu yang dapat melakukannya.   Firman Tuhan adalah suatu yang supranatural yang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu.  Kita bisa di mana saja dan kapan saja melakukan Firman Tuhan. “Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan.” (Ulangan 30:14). Firman itu sudah dekat di dalam hati kita, tinggal kita mau atau tidak untuk melakukannya dan Firman Tuhan ini berlaku kepada semua orang.
Beberapa minggu yang lalu, kita diperhadapkan dengan orangtua jemaat. Mereka mempertanyakan siapa yang membaptis anaknya.  Bagi mereka, anaknya harus dibaptis dengan orang yang berlatar belakang dari sarjana Theologi atau seorang pendeta.  Menurut mereka baptisan hanya dapat dilakukan dengan orang yang kudus.   Sebenarnya bukan masalah dengan siapa kita dibaptis tetapi hati yang sungguh-sungguh untuk melakukan perintah Tuhan.   Pada Ulangan 11:15  Tuhan memerintahkan kita untuk hidup sesuai dengan ketetapan-Nya.  Kita tidak dapat memilih Firman Tuhan yang sesuai dengan keinginan kita.  Semua perintah Tuhan harus kita lakukan dengan segenap hati.  Jangan sampai kita disesatkan dengan hal-hal yang bukan berasal dari Tuhan.  ketika kita berjalan dengan pikiran atau logika kita, maka kita dikatakan orang yang sesat dan berdosa (Ulangan 11:16).
sebab setelah Ia berfirman: "Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu," Ia berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka." Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa. (Ibrani 10: 16-18)  Berbalik kepada Tuhan bukanlah seperti pada perjanjian lama.  Pada perjanjian lama, mereka harus mempersembahkan korban sembelihan sebagai tanda pengampunan dosa, tetapi kita adalah orang yang hidup dalam perjanjian baru, hanya dengan berbalik kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh dan berpegang teguh kepada ketetapan-ketetapan-Nya yang dikatakan berbalik kepada Tuhan.   Sebagian orang akan kecewa dengan jalan hidup yang sudah kita ambil, tetapi ketika kita memilih ini, kita mengerti bahwa inilah kehidupan.  Kehidupan yang sesungguhnya saat kita sepenuhnya kepada Tuhan.
Berbalik kepada Tuhan, bukan pikiran kita atau sikap kita yang berbalik tetapi hati kita yang berbalik kepada Tuhan, Hukum sudah diletakkan dalam hati kita, sehingga kita menjadi mudah melakukan kehendak-Nya     (Ibrani 10:17).  Jika kita masih belum terpaut kepada Tuhan dan masih tetap lakukan dosa, kita tidak dapat melakukan kehendak-Nya.   Pada Ulangan 30:6 Tuhanlah yang menyunat hati kita.  Tuhan sudah melakukan semuanya di kayu salib sehingga kita memperoleh hidup.  Yang disunat adalah hati kita,  karena kecenderungan hati manusia adalah ingin berbuat dosa.  Hati yang baru kita penuhi dengan Firman Tuhan.  Jangan penuhi hati kita dengan kekuatiran dari dunia ini.  Dunia menawarkan kekuatiran hidup. Tetapi Tuhan menjanjikan kehidupan kepada kita supaya kita tetap hidup pada ketetapan-ketetapan-Nya.

Saat kita datang ke pertemuan-pertemuan ibadah, mari kita menjadi orang yang berapi-api, setidaknya ada keinginan untuk menginginkan Firman.   Pada Yeremia 20:7-11 hati yang penuh dengan Firman Tuhan tidak dapat ditutupi.  Walaupun ada kekuatiran datang tetapi hati kita tidak dapat menahan kita untuk terus bersaksi.  Ketika kita pertama kali bertobat lahir baru kita tidak berhenti memperkatakan Firman. Tetapi lama-kelamaan kita mulai menurunkan standar Firman Tuhan dalam hidup kita karena ada kekuatiran muncul.   Mari kita terus memenuhi hati kita dengan Firman Tuhan.  Kita berani untuk memberitakan Injil, hal itu karena ada dorongan dari dalam hati kita untuk kita terus bersaksi.
Firman menjadi iman ketika kita merespon Firman itu.  Ketika Abraham dikatakan ia harus pergi, dia pergi dan hal itu menjadi Iman.  Dia tahu bahwa Tuhanlah yang menyediakan segalanya.  Kita bisa saja mengetahui isi dalam Alkitab, tetapi kita tetap tidak mengerti karena tidak ada iman di dalamnya dan tidak ada iman untuk melakukannya.  Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam menjadi Firman menjadi iman bagi kita.  Iman membuat Firman menjadi suatu yang hidup.  Saat Firman itu tidak menjadi iman maka akan menjadi kutuk.   Mari kita bersyukur semuanya.  Tuhan sudah sediakan semua untuk kita.    Abraham melakukan dengan penuh iman, hal ini berbeda dengan yang dialami oleh Petrus. Pada waktu Yesus belum disalibkan, ia masih belum beriman.  Petrus sendiri takut bila Ia kehilangan sosok seorang Raja dan Tuhan, tetapi ketika Roh Kudus turun, Petrus menjadi pribadi yang berbeda. Ia menjadi Petrus yang penuh dengan iman. Ia menjadi orang yang berani memperkatakan Firman.   begitu juga pada Mazmur 69:33 -36 hanya orang-orang yng mencari Tuhan yang akan mendapatkan dan Petrus mendapatkannya. Firman Tuhan menjadi suatu kehidupan.
“Engkau memang benar, ya TUHAN, bilamana aku berbantah dengan Engkau! Tetapi aku mau berbicara dengan Engkau tentang keadilan: Mengapakah mujur hidup orang-orang fasik, sentosa semua orang yang berlaku tidak setia? Engkau membuat mereka tumbuh, dan merekapun juga berakar, mereka tumbuh subur dan menghasilkan buah juga. Memang selalu Engkau di mulut mereka, tetapi jauh dari hati mereka” (Yeremia 12: 1-2). Dari buahnyalah kita dapat melihat orang yang setia dan orang yang fasik.   Kita dapat bersemangat, menginjil dan berbuah tetapi kita tidak menyangka bahwa buah yang dihasilkan adalah kebinasaan.   Orang Fasik juga membawa buah tetapi buahnya menuju kepada kematian tetapi Orang benar  membawa buah yaitu buah kepada kehidupan.
Markus 7:1-7 orang Farisi hidup di dalam tradisi dan mereka menyelidiki Firman lebih dari orang lain tetapi mereka tidak menjadikan Firman Tuhan menjadi suatu kehidupan. Akhirnya segalanya dibatasi dengan metode/suatu bentuk.  Demi adat istiadat kita mengesampingkan Firman (Mazmur 7:8-16).  Ketika kita memberikan diri kita sepenuhnya dan meletakkannya segala kepada Tuhan, barulah pertukaran di kayu salib itu terjadi.
Pada Amsal 4:20-23, Firman Tuhan harus kita simpan di dalam hati supaya itu menjadi kehidupan.  Bukan dengan perbuatan yang baik yang dapat menyelamatkan. kita tetapi hidup yang terus menjaga hati dengan segala kewaspadaan.  Pilihlah kehidupan (Amsal 4:23).  Pada Lukas 8:9-12,  ketika Firman itu  diambil, kepercayaan kita kepada Tuhan akan hilang. Firman bisa kapan saja dicuri oleh Iblis.  Tantangan jangan sampai membuat Firman itu diambil daripada kita.  Pada Kisah para Rasul 17:11-12, masing-masing orang dengan kerelaan hatinya  menerima Firman Kristus.  Pada intinya adalah terletak pada hati kita, kemauan kita menerima Firman Tuhan.  Apakah kita masih terus menjaganya dalam segala kewaspadaan.  Jangan sia-siakan Firman. Biar Firman ini menjadi kehidupan bagi setiap orang yang menginginkannya.  Firman Kristus harus terus kita beritakan, supaya nyata bahwa Yesus adalah Tuhan yang membawa kita pada kehidupan.
Didik (Kudus)  

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Penginjilan | TNB