KEMULIAAN TUHAN-2

Senin, 14 Oktober 2013 0 komentar
Ibadah di zaman Perjanjian Lama terlihat bentuknya seperti misalnya jika seseorang berdosa, ia tinggal membawa korban binatang untuk menutupi dosanya.  Namun semuanya tidak pernah menyelesaikan dosa manusia.  Lalu bagaimana ibadah dalam Perjanjian Baru?  Mari kita lihat dalam Ibrani 10:9.  Yang p.. / ertama harus dihapuskan supaya yang kedua bisa ditegakkan.  Apa itu yang pertama?  Yaitu perjanjian yang Tuhan lakukan pada bangsa Israel.  Perjanjian itu harus dihapuskan supaya yang kedua bisa ditegakkan.  Kemudian apa yang kedua itu?  Mari lihat di Ibrani 8:1-2.  Kita sering berpikir bahwa ibadah adalah datang ke gereja tiap hari Minggu.  Pemikiran seperti itu salah.  Kalau kita berpikir bahwa hal itu cukup untuk menguduskan kita berarti Yesus tidak perlu mati di kayu salib.  Yesus adalah Imam Besar yaitu pengantara ibadah kita dengan Tuhan.  Jika tidak ada Imam Besar maka ibadah kita hanyalah ibadah yang berasal dari manusia saja.  Namun bukan berarti juga kita tidak datang ke gereja hari Minggu.
Semua manusia berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Tuhan (Roma 3:23).  Sejak lahir manusia sudah berdosa.  Tidak ada bayi yang baru lahir itu suci, semua sudah berdosa.  Namun kalau kita perhatikan, apa yang paling kita jaga dalam hidup ini?  Yaitu kita takut terlihat jelek di depan orang lain.  Itulah yang terjadi sejak manusia jatuh ke dalam dosa.  Adam waktu jatuh ke dalam dosa, ia menjadi malu dan bersembunyi.  Ketika Tuhan datang, Ia tidak berprasangka apa-apa terhadap Adam.  Namun Adam takut dan malu karena ia telanjang.  Adam berprasangka waktu itu Tuhan akan marah padahal Tuhan hanya bertanya,”siapa yang berkata bahwa kamu telanjang?”  Tuhan tidak berprasangka apapun.  Sedangkan manusia suka berprasangka, berasumsi, muncul ketakutan, karena manusia telah jatuh ke dalam dosa.  Sejak itu manusia tidak bisa berhubungan dengan Tuhan lagi.  Persekutuan intim dengan Tuhan hilang.  Kita bisa beranggapan datang ke gereja, memberi perpuluhan dan persembahan, mendengarkan kotbah, itu berkenan di hadapan Tuhan.  Apakah Tuhan pernah berbicara secara pribadi kepada kita seperti itu?  Pasti tidak pernah.  Mungkin yang berbicara itu adalah orang lain atau pendeta.  Semua yang dilakukan manusia pasti berakhir pada kebinasaan dan penghakiman.
Ibadah bukan bicara megahnya gedung atau apa yang bisa dilakukan manusia.  Mari kita lihat di Roma 12:1-2, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati...”  Ibadah bukan lagi membawa korban binatang atau emas.  Ibadah yang sejati adalah mempersembahkan hidup kita, hidup yang diberikan oleh Tuhan.  Tidak ada usaha manusia atau perbuatan baik apapun yang bisa menyelamatkan manusia dari keterhilangan kemuliaan Tuhan.  Yang terjadi adalah Tuhan yang datang, memanggil, mencari manusia.  Ibadah kita pun jangan menjadi serupa dengan dunia ini yaitu ibadah dengan mentalitas datang dalam dua atau tiga jam lalu selesai dan pulang.  Waktu kita datang seharusnya kita memiliki mentalitas untuk siap sedia melakukan kehendak Tuhan.  Kita bisa melakukan kehendak Tuhan waktu kita dilahirkan kembali.  Karena waktu dilahirkan kembali, Tuhan memberikan hati dan roh baru dan Ia membuat kita bisa melakukan ketetapan-ketetapan-Nya.  Kita berkata tidak mungkin karena kita tidak percaya.  Perintah Tuhan menjadi sulit karena kita tidak percaya.
Ada dua hal yang harus kita pelajari dari firman Tuhan yaitu pewahyuan dan pengetahuan yang disingkapkan.  Banyak orang suka dengan pengetahuan yang disingkapkan, tapi itu hanya nyaman di pikiran saja.  Kita bisa tahu bahwa hal itu benar, tetapi kita tidak pernah melangkah dari situ.  Kita bisa terkagum atau terheran-heran dengan pengetahuan yang disingkapkan, tapi kita tidak pernah berubah.  Kalau bicara tentang firman Tuhan harus bicara tentang pewahyuan.  Pewahyuan adalah selubung yang dibukakan sehingga mata kita bisa melihat lalu timbul takut akan Tuhan.  Kita tidak mau menjamah dosa karena Tuhan berbicara kepada kita.  Kemuliaan Tuhan pun adalah pewahyuan karena hanya Tuhan yang bisa menyingkapkan.
Ada tiga hal tentang kemuliaan:
1.  Istilah ini melukiskan kemegahan dan keagungan Allah, suatu kemuliaan yang  sedemikian cemerlang sehingga tidak ada manusia yang dapat melihatnya dan tetap hidup (1 Taw 29:11, Hab 3:3-5).  Kalau kita bisa melihat kemuliaan dan keagungan Tuhan melalui ciptaan-ciptaan-Nya, ini pun termasuk sesuatu yang diwahyukan.  Bahkan kemuliaan Tuhan bisa mendatangkan sakit penyakit pada bangsa yang berdosa.  Contohnya bangsa Israel yang kena tulah, penyakit sampar, itu semua hanya untuk mengajarkan mereka supaya mereka kembali kepada Tuhan.  Dalam Keluaran 33:18-23, Musa minta untuk diperlihatkan kemuliaan Tuhan, tetapi Tuhan hanya bisa melewatkan kemuliaan-Nya. Karena apabila Musa melihat kemuliaan Tuhan, ia bisa mati.  Jadi kita pun jangan sok meminta untuk diperlihatkan kemuliaan Tuhan.  Mengapa manusia bisa mati?  Karena manusia telah kehilangan kemuliaan Tuhan sejak jatuh ke dalam dosa. Waktu Tuhan lewat dengan kemuliaan-Nya, Ia akan menyebutkan sifat-sifat-Nya yaitu penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat (Kel 34:5-7).
2.  Kemuliaan Allah juga mengacu kepada kehadiran Allah yang tampak diantara umat-Nya, oleh para nabi disebut kemuliaan “Shekinah” -> kata Ibrani yang artinya “tempat tinggal (Allah)”, dipakai untuk melukiskan perwujudan kehadiran dan kemuliaan Allah yang tampak  (2 Taw 7:1-2, Kel 40:34-38).  Semua orang tersungkur apabila melihat kemuliaan Tuhan.  Tidak ada yang tahan melihat kemuliaan-Nya.  Tiang awan dan tiang api adalah kemuliaan Perjanjian Lama.  Itu pun luar biasa, apalagi kemuliaan roh pada zaman Perjanjian Baru (2 Kor 3:8).  Sekarang kembali kepada pengejaran kita.  Kalau hanya kembali pada pengejaran makan, minum, atau hal-hal dunia maka itu hanya akan membinasakan tubuh kita.  Yang akan kita bicarakan adalah hal-hal supernatural.  Orang mati dibangkitkan, yang tuli mendengar, yang buta melihat, yang lumpuh berjalan.  Semua itu bisa terjadi kalau kita sungguh-sungguh menginginkan.
3.  Kemuliaan Allah ialah kehadiran dan kuasa rohani-Nya.  Yesus melakukan suatu mujizat pada waktu pernikahan di Kana (Yoh 2:1-11).  Waktu itu Yesus sudah memperlihatkan kepada murid-murid-Nya bahwa yang pertama harus dihapuskan supaya yang kedua bisa ditegakkan.  Kemuliaan Perjanjian baru dinyatakan di dalam Yesus Kristus.  Kemuliaan Tuhan di mulai dari Yohanes Pembaptis yang membuka pengertian tentang keselamatan kemudian sampai kepada Yesus (Yes 40:1-5, Yoh 1:14, Ibr 1:3).  Firman itu telah dinyatakan, tetapi banyak yang tidak percaya.  Namun kemuliaan Tuhan dinyatakan bagi orang yang percaya.  Memang ada peperangan yang terus-menerus antara mau percaya dan tidak.  Banyak orang sudah memberontak terhadap Tuhan (Yes 59:13-19).  Tidak ada manusia yang tampil untuk kebenaran.  Namun Yesus telah mengalahkan musuh-musuh-Nya di kayu salib.  Dan peperangan itu masih ada sampai sekarang, tapi kita bukan melawan darah dan daging melainkan penguasa-penguasa di udara.  Kalau kita ingin melakukan dosa berarti ada roh yang berkuasa atas kita.  Yesus sebagai korban di kayu salib sudah mengalahkan dosa.  Kalau kita tidak kembali kepada Kristus maka kita hanya akan berperang dengan kekuatan sendiri.  Sampai sekarang kita harus terus berjaga-jaga di dalam roh terhadap musuh-musuh.
Sekarang ada perjanjian baru yang ditulis bagi kita.  Perjanjian itu bukan hukum yang di tulis pada loh-loh batu, tetapi firman itu dekat dengan mulut kita.  Ibadah kita bukan yang dirancang oleh manusia, tapi Tuhan.  Kita dikuduskan oleh firman dan air sehingga pengharapan kita bukan dunia ini lagi, tapi di dalam Tuhan.  Terus beriman.  Kemuliaan Tuhan melampaui segala sesuatu, ruang dan waktu.  Oleh karena itu, tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya.  Ada musuh yang bisa membuat kita tidak percaya lagi, tetapi lawan itu dengan kekuatan roh Tuhan.
Mari bangkit dan sadar! (Yesaya 60:1).  Hidup kita bukan untuk merana terus.  Kalau masih ada ketidakpercayaan pasti hidup kita dalam kebingungan.  Pernahkah kita kelaparan karena tidak makan tiga hari?  Atau memasak batu karena tidak punya makanan yang bisa dimasak?  Pasti tidak pernah.  Kalau begitu mengapa mengeluh?  Semua itu hanya tipuan Iblis supaya kita tidak bisa melihat kemuliaan Tuhan.
Mengapa kita harus bangkit?  Karena kegelapan menutupi bumi (Yes 60:2).  Semakin lama manusia semakin jahat.  Mereka semakin haus untuk dirinya sendiri.  Mereka hidup dari roti saja dan tidak bisa melihat cahaya terang.  Namun sekarang kita lihat bahwa manusia hidup bukan dari roti saja melainkan dari firman yang keluar dari mulut Tuhan.
Bangsa-bangsa akan datang karena kita memiliki sesuatu (Yes 60:3).  Ini bukan bicara jabatan atau harta, tetapi karena kita memiliki hidup yang dikaruniakan Tuhan kepada kita.  Banyak orang di luar sana kelihatan hidup, tetapi sebenarnya hatinya merana, kosong.  Mereka akan datang kepada kita karena kita memiliki hidup.  Pada Nikodemus, Yesus tidak berkata Aku ini hidup itu.  Sedangkan pada perempuan Samaria, Yesus berkata bahwa Ia adalah aliran air hidup itu.  Ini membuktikan bahwa kemuliaan Tuhan tidak diberikan pada sembarang orang.  Hanya orang yang menginginkan yang akan mendapat kemuliaan itu.  Hal yang mulia jangan dibuang ke kandang babi.  Kita tidak perlu mengejar orang-orang yang memang tidak menginginkan, tetapi mereka harus tahu kalau mereka tidak dilahirkan kembali maka ujungnya adalah kebinasaan.  Kita pun di Jubilee tidak menjamin kita tidak akan berdosa.  Kalau kita tidak mengejar ya jangan harap kita terus bergerak dari satu kemuliaan ke kemuliaan lainnya.

Sukaryo Ksatria

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Penginjilan | TNB