Panggilan Tuhan

Senin, 15 April 2013 0 komentar

Panggilan Tuhan
24 Maret 2013

“Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.”  (Lukas 24:49).  Mengapa mereka harus melakukan semua itu (Kisah Para Rasul 1:12-14)?  Mengapa ketika Yesus memanggil mereka, mereka tidak langsung memberitakan Injil atau memulai di kota-kota, tetapi mereka harus menunggu sampai Roh Kudus turun?  Seperti halnya kita.  Sebelum kita memulai jemaat di kota-kota atau memimpin selgrup, bukankah kita dalam posisi dimuridkan?  Kita tidak otomatis jadi, tapi kita ini di dalam suatu proses.  Kita harus menunggu, sabar, dan dimuridkan.  Sekarang adalah waktunya kita dimuridkan dan taat saja.  Suatu saat kita pasti mulai di kota-kota, tapi kita harus sabar.  Setelah waktunya kita pasti akan pergi.  Jadi saat ini dan di tempat ini, kita sedang belajar, dimuridkan, dan hidup dalam ketaatan.  Mulai dari awal, setia lakukan, dan lewati semua itu.  Kalau sudah waktunya pergi, ya pasti pergi, hanya tinggal tunggu waktunya.
Di dalam Kisah Para Rasul 2:6-13, mengapa disebut kota-kota?  Atau bangsa-bangsa?  Mengapa tidak disebut kota saja atau bangsa saja?  Mari kita lihat, di ayat tersebut orang-orang sedang kepenuhan Roh Kudus.  Di sana (Yerusalem) ada beberapa orang Yahudi.  Orang-orang itu berbicara dalam bahasa-bahasa lain yang tidak sesuai dengan asal mereka.  Mengapa mereka berkata-kata dalam bahasa lain?  Mengapa Tuhan buat seperti itu?  Dari ayat 11, kita bisa tahu bahwa Tuhan lakukan itu untuk menunjukkan bahwa pekerjaan-Nya bisa sampai ke tempat-tempat lain.  Ini tidak berbicara dari mana asal Saudara, kalau Tuhan sudah memanggil, siapapun dan di manapun Saudara, Saudara bisa pergi ke tempat-tempat lain.  Pekerjaan Tuhan tidak terbatas di Yerusalem atau Yudea saja, tapi juga sampai ke tempat-tempat lain.  Waktu itu mereka baru berkata-kata dalam bahasa lain, belum pergi ke kota-kotanya.  Namun setelah itu, mereka pergi ke kota-kota lain.  Demikian halnya kita, kita yang masih di tempat ini kadang berpikir kapan perginya, tetapi setia dan lakukan saja maka kita akan sampai ke kota itu.  Meski nantinya kota itu kecil, tingkat kriminalitasnya tinggi, bahkan kita sendiri tidak suka kota itu, tapi Tuhan panggil kita di situ.  Pekerjaan Tuhan tidak terbatas di satu kota.  Ia akan bawa kita ke tempat-tempat yang lebih besar.
 
Sebelum Kak Alam ke Klaten, dia harus tahu dan pastikan bahwa dia terpanggil di kota itu.  Karena kita tidak bisa asal-asalan atau pelarian saja ketika pergi ke suatu kota.  Dalam kitab Kejadian 12:1, tertulis bahwa Tuhan berbicara kepada Abraham.  Panggilan ini harus berasal dari Tuhan.  Bukan kita yang membuat diri kita terpanggil.  Kalau bukan Tuhan yang memanggil, Abraham tidak bisa pergi, tapi karena Tuhan maka ia bisa pergi dari tempat ia berada. Yang terpenting adalah Tuhan berbicara dan memanggil kita, bukan masalah perginya.  Setelah Tuhan berbicara, Abraham taat dan ia pergi (Kejadian 12:4).  Abraham tidak berpikir pergi karena apa, tapi ia pergi karena Tuhan.  Panggilan ini murni.  Jadi bukan karena pekerjaan atau bisnis, tapi karena Tuhan panggil dan berbicara sehingga kita bisa ke tempat lain.  Masalah pekerjaan, bisnis, pasangan hidup adalah sesuatu yang ditambahkan.  Panggilan kita harus di dasari karena Tuhan.
“…Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan…”  (Kejadian 13:14-18).  Dari ayat ini kita bisa dapat rhema bahwa Tuhan hanya memerintahkan Abraham untuk pergi, pandang, jelajahi tempat itu.  Tuhan tidak pernah memberitahukan ciri-ciri detail bagaimana kota itu.  Panggilan Tuhan itu sederhana.  Kita tidak perlu tahu ke depannya seperti apa, kotanya bagaimana, apa kekurangan dan kelebihan kota itu.  Yang terpenting adalah Tuhan sudah memanggil kita.  Abraham hanya jalani saja dan lalui.  Seharusnya dalam panggilan Tuhan, kita juga hanya taat.  Walaupun ada “lubang” di tengah jalan, ya lewati saja.

Tahun 2009 adalah waktu-waktu yang berat di Klaten.  Waktu itu, jemaat Klaten mengadakan rapat (rembugan).  Kak Alam sebagai pemimpin di sana menjelaskan bagaimana menginjil,menjangkau orang, dll secara terperinci dan detail.  Namun ternyata, orang-orang (jemaat) malah tidak mengerti dan bingung.  Kalau melihat Abraham, Tuhan tidak berbicara detail dan terperinci seperti itu.  Kita tidak bisa membatasi pekerjaan Tuhan dengan struktur, program, rutinitas, dsb.  Sesuai dengan firman Tuhan, kita jalani saja dan lewati.  Waktu itu di Klaten, mereka doa keliling selama satu minggu, dua minggu, empat minggu, dan belum ada hasil.  Lalu mulai timbul pertanyaan dan Tuhan hanya berkata setia saja, jelajahi Klaten, dan mulai kelihatan hasilnya.  Ada satu sekolah yang beberapa muridnya bertobat.  Mereka terus jalani
dan Tuhan tambahkan.  Kita tidak bisa protes dengan apa yang harus kita jalani.  Kita semua pasti alami yang tidak enak, tapi lalui saja.
Karena iman, Abraham taat dan pergi ke suatu tempat tanpa mengetahui apapun (Ibrani 11:8).  Yang Abraham ketahui adalah Tuhan mengutus dan memanggil Abraham.  Tidak banyak pertanyaan, program, protes, Abraham hanya dengar dan pergi.  Bagaimana kita bisa tahu kalau kita pergi itu dari Tuhan?  Kita bisa tanya pada pemimpin untuk konfirmasi.  Meski kita pergi karena diutus oleh Tuhan, tapi kita tetap berada di bawah otoritas kepemimpinan.  Kalau pemimpin berkata belum waktunya, ya terima saja karena itu bukan suatu halangan.  Kalau Tuhan sudah berbicara, kita pasti pergi, hanya tinggal menunggu waktunya.

Dalam Kisah Para Rasul 9:1-6, Paulus awalnya belum diberitahu untuk apa dia dipanggil.  Lalu dia bertemu dengan Ananias dan Tuhan berbicara melalui Ananias kepada Paulus untuk apa dia dipanggil.  Sebenarnya sejak awal kita bertobat dan dilahirkan kembali, kita sudah tahu bahwa kita akan dibenci orang, disukai orang, ada pertentangan, dll karena panggilan Tuhan sudah jelas.  Kita tidak berada dalam kebingungan apabila hal-hal diatas terjadi.  Yang terpenting adalah Tuhan berbicara dan pemimpin meneguhkan.  Masalah memenangkan orang itu menyusul, yang pasti sekarang kita harus beriman.  Kita harus tahu mengapa kita di tempat ini, dipanggil, dimuridkan, memenangkan orang karena panggilan Tuhan sudah jelas dan kita tinggal jalani saja.
Di kitab Keluaran 3:9-11, Musa bertanya jawab dengan Tuhan dan Tuhan selalu menjawab pertanyaan Musa.  Dari ayat ini, kita bisa tahu bahwa Tuhan tidak pernah kekurangan jawaban, kata-kata, jalan keluar, alat, manisfetasi dll.  Kalau kita menjadi Musa, apa yang kita ragukan lagi?  Kita bisa mengeluhkan dan meragukan banyak hal tapi kita tidak bisa meragukan Tuhan.  Tuhan tidak pernah tiba-tiba lupa di tengah perjalanan atau kehabisan cara untuk umat yang dipanggil-Nya.  Suatu kali ada orang berkata “saya rasa panggilan saya tidak di sini”.  Perkataan itu dari siapa?  Apakah Tuhan kekurangan kuasa atau pewahyuan?  Apakah Tuhan meninggalkan umat-Nya ketika mereka dalam tekanan?  Tuhan punya jawaban dalam tekanan apapun.  Panggilan Tuhan tidak bisa berhenti hanya karena keadaan, kebutuhan, masa depan, dll.  Semua itu tidak bisa mempengaruhi atau menghalangi panggilan ini.  Saudara bisa cek, apakah dalam panggilan Tuhan masih ada yang menghalangi?  Kalau sudah tidak ada berarti Saudara adalah orang yang siap.  Saudara ikuti saja otoritas pemimpin dan tidak perlu mencari visi yang lain.
Ketika Yesus menyusuri danau, mengapa yang dilihat hanya Simon dan Andreas (Matius 4:18)?  Tuhan tidak melihat yang lain dan hal itu pasti tidak kebetulan.  Mengapa?  Karena mereka spesial.  Tuhan memilih mereka dari sekian banyak orang.  Ketika belum ada hasil waktu memberitakan Injil di kampus selama satu tahun, dua tahun, tiga tahun, ya terus saja lakukan.  Tuhan sudah memilih kita dari sekian banyak orang.  Ia tidak pernah coba-coba memilih atau salah dalam memilih orang.
Kalau panggilan kita ini dari manusia pasti akan hilang (Kisah Para Rasul 5:34-39).  Panggilan yang hanya karena posisi, masa depan, kesuksesan, pasti akan hilang.  Namun jika panggilan ini karena Tuhan, mau sampai kapanpun dan di manapun, tidak akan pernah hilang.  Mau seperti apa tempatnya, itu tidak akan berpengaruh seperti Ishak yang menabur di tanah yang kering.  Dalam kitab Yosua pasal 1, dimana pun kita berpijak, maka tanah itu akan menjadi milik kita.    
“…Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”  (Matius 28:16-20).  Sekarang pertanyaannya, apakah ini sudah akhir zaman?  Apakah sudah sampai semua bangsa?  Belum semua.  Berarti visi ini belum selesai.  Masih banyak kampus, sekolah, tempat-tempat kerja yang belum terbuka.  Seperti sebuah ilustrasi, kita naik motor ke Kudus, semuanya sudah dipersiapkan dengan baik.  Lalu di Demak, kita jatuh dan motor rusak.  Apakah kita berhenti padahal tujuan kita Kudus?  Tidak, sampai tujuan itu terpenuhi.  Panggilan ini belum berhenti, mari merendahkan diri, terus belajar dan dimuridkan maka janji Tuhan akan tergenapi.  Ketika kita mengalami tekanan, tetaplah setia maka Tuhan akan bawa kita untuk menikmati panggilan ini.  Karena kalau kita tidak menikmati maka kita bisa kecewa dan berhenti di tengah perjalanan.  Kampus-kampus, sekolah-sekolah, tempat-tempat kerja, kota-kota, bangsa-bangsa sudah menanti pemberitaan Injil ini.  Terus selesaikan panggilan Saudara.
 Alam Sikumbang - Klaten

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Penginjilan | TNB