Proses dalam panggilan Tuhan

Minggu, 28 April 2013 0 komentar

Proses dalam panggilan Tuhan
21 April 2013

Kita tahu bahwa kita sekarang di dalam suatu panggilan.  Sejak di dalam kandungan Tuhan sudah memilih kita.  Jadi hidup kita sudah di dalam rencana Tuhan.  Di dalam hidup itu, kita akan mengalami suatu proses.  Secara daging, proses bukan sesuatu yang enak karena tidak sesuai dengan keinginan kita.  Dan proses setiap orang yang diberikan oleh Tuhan itu tidak sama.  Namun inti dari proses tersebut adalah supaya kehendak-Nya terjadi atas orang-orang pilihan-Nya.  Kita akan belajar bagaimana Musa dipanggil Tuhan untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan.

Musa lahir di dalam sebuah tekanan karena waktu itu setiap anak laki-laki yang lahir dari bangsa Israel harus dibunuh (Keluaran 2:10-12).  Namun Musa dibiarkan hidup sampai dewasa.  Ketika Musa berumur 40 tahun, ia memiliki kekuatan yang luar biasa karena dididik dalam hikmat Mesir (Kisah Para Rasul 7:23-25; Ibrani 11:27).  Segala yang diucapkannya pasti terjadi.  Pada usia 40 tahun itu, Musa sudah tidak sabar melihat bangsanya ditindas dan dianiaya oleh bangsa Mesir.  Kemudian Musa memakai caranya sendiri dengan membunuh orang Mesir.

Kita lihat bahwa Musa memiliki panggilan yang luar biasa yaitu memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir (Keluaran 2:13-15).  Demikian halnya kita.  Setiap kita sudah dipanggil sejak bertobat dan dilahirkan kembali.  Tuhan mempunyai rencana ke depan untuk setiap kita.  Namun untuk sampai kepada akhirnya, itu tidak instan.  Mari belajar dari Musa.  Setelah berumur 40 tahun, Musa lari ke Midian lalu bertemu dengan Yitro dan menikah dengan anaknya.  Pekerjaan Musa waktu itu adalah menggembalakan kambing domba selama 40 tahun.  Proses yang dihadapi Musa tidak instan.  Awalnya ia merasa bisa dengan kekuatan, caranya sendiri dan merasa sudah waktunya untuk membebaskan bangsa Israel.  Namun yang Tuhan kehendaki bukan saat Musa berumur 40 tahun.  Musa dibawa oleh Tuhan ke Midian dengan pekerjaan menggembalakan kambing domba mertuanya.  Mungkin Musa bisa mengeluh, tetapi Tuhan bawa ke situ supaya ia bisa belajar banyak hal.  Kita juga akan mengalami proses seperti yang Musa alami.  Mungkin kita bisa mengeluh juga, tetapi Tuhan punya tujuan mengapa kita semua harus lewati proses itu.  Tujuannya yaitu supaya kita tidak memakai cara, kehendak, maupun keinginan kita sendiri.
Kita akan melihat lebih jelas apa tujuan Tuhan dalam kitab Ulangan 8:1-2.  Tuhan ingin kita tidak hanya melakukan hukum-hukum-Nya, tetapi juga mengenal hati-Nya.  Kesalahan bangsa Israel adalah melakukan hukum-hukum Tuhan, tapi tidak menginginkan hati-Nya.  Memang benar kita akan mendapat berkat karena melakukan hukum atau ketetapan Tuhan, tetapi Tuhan ingin kita juga mengenal hati-Nya.  Di dalam proses ini, kita hanya menerima apa yang dari Tuhan.  Tuhan yang menentukan waktu dan tempatnya sesuai dengan kemurahan-Nya.  Sebenarnya Tuhan sudah membukakan tempat bagi kita masing-masing.  Seperti sebuah kota, tempat kerja, tempat kuliah, sebuah keluarga dan itu diberikan sesuai dengan kapasitas kita dan kemurahan Tuhan.
Bangsa Israel harus menempuh perjalanan di padang gurun selama 40 tahun.  Padahal sebenarnya perjalanan itu bisa ditempuh selama 40 hari.  Mengapa?  Karena itu untuk merendahkan hati mereka.  Begitu juga yang Tuhan inginkan pada kita.  Tuhan menginginkan perubahan dalam hati kita.  Mungkin kita bisa semangat karena kita masih muda, seperti Musa yang merasa punya kuasa karena dididik oleh orang Mesir, tetapi semua itu berasal dari dunia.  Tuhan tidak mau sesuatu yang berasal dari dunia.  Ia ingin kita mengandalkan Tuhan dan bukan kekuatan atau keinginan kita.
Kemudian di Ulangan 8:3 dikatakan bahwa Tuhan membiarkan mereka lapar dan memberikan makan manna.  Manna ini bukan makanan biasa karena berasal dari sorga.  Dari manna bisa muncul kekuatan luar biasa seperti yang dialami oleh Elia.  Elia bisa bertahan hingga 40 hari karena makan manna.  Sekarang pertanyaannya mengapa Tuhan membiarkan mereka lapar dan memberi makan manna?  Di sini kelihatan bahwa bangsa Israel bukan lapar pada hal-hal yang dibutuhkan, tetapi mereka lapar pada hal yang mereka inginkan saja.
Selama 40 tahun, bangsa Israel diberi makan manna.  Bayangkan bagaimana daging mereka menjerit, meminta yang lain.  Tuhan melakukan itu hanya untuk merendahkan mereka.  Tuhan ingin bukan keinginan kita lagi yang utama, tetapi kehendak Tuhan.  Sekarang zamannya sudah serba instan.  Kita bisa berpikir bahwa proses seperti Musa sudah tidak cocok lagi.  Namun kita harus sadar bahwa Tuhan pasti bawa kita untuk melewati proses seperti Musa, kalau kita ingin dipakai oleh Tuhan.  Jika kita tidak sadari cara Tuhan dan apa tujuan-Nya maka kita bisa frustasi dan memakai cara sendiri.  Memang ada hal yang cepat di dalam Tuhan dan ada yang kita hanya menyerah pada-Nya.  Mari melihat realitasnya bahwa segala sesuatu tidak selalu cepat seperti yang kita pikirkan.  Namun Tuhan itu baik.  Dia selalu memberikan apa yang kita butuhkan (Ulangan 8:4).
Kembali kepada Musa.  Awalnya Musa merasa mampu dengan kekuatannya, tetapi Tuhan bawa dia ke Midian (Keluaran 2:16, 23-25; 3:1-13).  Seolah-olah di Midian Musa kehilangan panggilannya, tetapi dia mulai merenungkan apa maksud dari Tuhan.  Lalu panggilan Musa mulai diingatkan kembali sesuai waktunya Tuhan.  Tuhan tidak pernah melupakan janji-Nya.  Kalau Tuhan berbicara dalam hatimu pegang dan simpan itu.  Meski sudah bertahun-tahun Tuhan tidak pernah lupa.  Tuhan akan singkapkan waktu dan tempatnya sesuai dengan-Nya.  Hal itu dilakukan dengan tujuan merendahkan kita supaya kita tidak membanggakan kekuatan kita.  Kita menjadi nol di hadapan-Nya.

Terkadang kita suka memaksakan kehendak kita kepada Tuhan lalu kita mulai memakai cara sendiri.  Seharusnya kita sadar bahwa visi itu dari Tuhan sehingga kita tidak bisa menyombongkan diri.  Pada usia 40 tahun, Musa merasa bisa dengan kekuatannya.  Namun 40 tahun kemudian pemikiran Musa bertolak belakang dengan 40 tahun yang lalu.  Musa tidak menggunakan keakuannya lagi untuk membebaskan bangsa Israel.  Musa benar-benar direndahkan sehingga ia tidak merasa bahwa itu karena dirinya.
Tuhan menginginkan Musa berkata “ya Tuhan, ini aku utuslah aku” (Keluaran 4:10-14, 18-20).  Meskipun Tuhan berkuasa, Ia tetap membutuhkan manusia untuk menyelamatkan manusia.  Pada zaman akhir ini, Tuhan mengharapkan manusia mengatakan pernyataan seperti itu.
Selanjutnya terjadi negoisasi antara Tuhan dan Musa agar Musa menerima tugas itu.  Tuhan menginginkan kita semua meresponi panggilan-Nya karena setiap kita penting di mata Tuhan.  Tuhan selalu mendorong kita untuk melakukan visi-Nya dan kita lolos dalam proses ini.  Kalau kita lolos maka kita akan menjadi orang yang luar biasa untuk dipakai oleh Tuhan.  Namun banyak juga yang gagal karena mereka mengejar hal-hal daging atau hanya mengejar mukjizat Tuhan, tetapi tidak menginginkan hati-Nya Tuhan.  Kalau kita lebih mengejar visi Tuhan daripada Tuhan, bisa dipastikan bahwa kita akan meninggalkan Dia.
Apa yang kita hidupi sekarang memang bukan rancangan kita tapi rancangan Tuhan (Yesaya 55:8).  Suatu proses memang tidak sesuai dengan pikiran kita, tetapi sesuai dengan Tuhan.  Kalau kita mengutamakan keinginan (daging) kita maka kita akan gagal.  Tuhan pun memberikan segala sesuatu yang tidak akan pernah memuaskan daging kita.  Yang dari Tuhan tidak akan cocok dengan daging kita.  Apabila kita masih mengejar cita-cita, keinginan kita sendiri maka kita akan kecewa karena pasti gagal.  Namun jika kita mengikuti cara Tuhan maka kita akan berhasil.  Waktu berhasil pun kita tetap rendah hati karena apa yang diberikan oleh Tuhan sesuai dengan kapasitas kita.  Sebaliknya jika di luar Tuhan, berhasil atau gagal sama-sama bahaya.  Berhasil akan menjadi sombong, gagal bisa-bisa menyalahkan Tuhan.
Dalam Bilangan 11:4-20, bangsa Israel tidak puas dan mereka meminta daging.  Mereka mulai bersungut-sungut dan mengingat masa lalu ketika di Mesir.  Sudah 40 tahun mereka masih tidak mengerti maksud Tuhan.  Kemudian Tuhan memberi mereka daging.  Dalam kegeraman pun Tuhan tetap baik dengan memberi daging.  Sebenarnya Tuhan tidak menginginkan hati mereka seperti itu, tetapi karena mereka menjerit, memaksa minta daging maka Tuhan berikan itu daging.  Itulah gambaran manusia yang sebenarnya.
Setelah Tuhan memberi daging, ada konsekuensi yang harus diterima oleh bangsa Israel yaitu mereka terkena penyakit (Mazmur 106:15).  Waktu makan manna mereka menjadi orang yang kuat, tetapi setelah meminta daging mereka menjadi orang yang lemah.  Seperti halnya kita.  Jika daging lebih menguasai kita maka dipastikan kita akan lemah, lesu.  Jangan memaksa Tuhan untuk menuruti dagingmu karena Tuhan tidak suka (Mazmur 78:29-31).  Bukan berarti kita tidak boleh bersenang-senang dan menikmati apa yang ada di dunia ini, tetapi kita perlu waspada dengan keinginan daging kita.  Bagian dari menerima janji Tuhan dan kemuliaan adalah kita menderita bersama-sama dengan Dia.  Menderita jangan diartikan dengan menderita karena tidak punya uang dsb.  Namun yang dimaksudkan menderita karena Kristus adalah mengikuti cara Tuhan pada saat pikiran, emosi, dan panca indera mendorong kita untuk menuju cara yang mudah atau menyenangkan.  Itulah yang disebut penderitaan karena berlawanan dengan daging kita.

Paulus berkata bahwa dia ingin mengenal Tuhan dalam kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan di dalam penderitaan-Nya (Filipi 3:10-14).  Bahkan Paulus menganggap segala sesuatu adalah sampah karena pengenalan Kristus lebih penting.  Kalau kita sampai pada taraf ini maka apa yang dari dunia sudah tidak ada apa-apanya lagi dibanding dengan pengenalan akan Kristus.  Jadi penderitaan adalah melakukan yang tidak menyenangkan bagi daging kita dan memilih taat kepada Tuhan (1 Petrus 4:1-2).  Namun dalam penderitaan, Tuhan tetap memberikan damai sejahtera supaya kita bisa menikmati hidup ini.  Semua Tuhan lakukan supaya setiap hari kita tidak melakukan sesuai keinginan kita, tetapi keinginan Tuhan.  Waktu kita ikuti Tuhan, Tuhan pasti pelihara kita.  Ia akan membuat kita berhasil, tetapi bukan untuk diri sendiri melainkan untuk Tuhan.
Simon Harto-Pati

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Penginjilan | TNB