Keuangan dan Penginjilan

Senin, 20 Mei 2013 0 komentar

Keuangan dan Penginjilan
12 Mei 2013

BANYAK LEMBAGA penginjilan berkata kekurangan dalam hal keuangan.  Tanggung jawab paling berat dalam pelayanan mereka adalah keuangan.  Sebenarnya banyak janji Tuhan pada kita dan kita sudah mendapatkannya.  Hanya saja kenyataannya ketika pikiran kita mulai bermain-main, kita mulai merasa takut.  Masalah utamanya bukan uang, tetapi pikiran kita yang berandai-andai dan akhirnya itu yang menghalangi langkah iman kita.  Mari belajar dari Abraham.  Ia langsung taat untuk pergi ketika Tuhan berfirman kepadanya.  Abraham tidak bertanya ke mana dan bagaimana nantinya.  Dari situ Abraham menjadi orang yang diberkati, tetapi hidupnya tidak bergantung pada berkat melainkan Tuhan.
Dalam Matius 23:23, judul perikopnya Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.  Tuhan ingin melepaskan kita dari kutuk orang Farisi dan ahli Taurat.  Mengapa?  Karena motivasi mereka tidak benar dan jangan sampai kita menjadi sama seperti mereka.  Seharusnya kita memberikan kepada Tuhan dengan sepenuh hati dan bukan lagi dengan cara hitung-hitungan kita.  Tuhan bisa saja tidak berkenan lagi pada persembahan kita karena ada cacatnya (hitung-hitungan).  Pada akhirnya bukan berkat yang kita dapat, tetapi kutuk karena Tuhan bisa mengubah berkat menjadi kutuk maupun kutuk menjadi berkat.  Itu semua bergantung pada kesungguhan hati kita.
Kalau kita mulai hitung-hitungan maka kita membatasi Tuhan.  Kita merasa terpaksa untuk memberikan perpuluhan padahal perpuluhan hal yang mulia.  Perpuluhan adalah dampak dari kita mengalami hal yang luar biasa bersama dengan Tuhan.  Itu adalah hasil ucapan syukur kita pada Tuhan.  Namun orang Farisi menjadikan perpuluhan sebagai aturan bagi dirinya sendiri yang akhirnya memunculkan pemikiran ‘yang penting saya sudah perpuluhan’.  Motivasi seperti itu tidak akan mendatangkan berkat.
Di ayat tersebut (Matius 23:23), dikatakan yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.  Kadang kita bisa melakukan satu hal dengan luar biasa, tetapi yang lain diabaikan.  Orang-orang yang mengabaikan di dalam firman Tuhan disebut orang yang gegabah.  Kita bisa lihat dari perumpamaan lima gadis bodoh dan lima gadis bijaksana.  Mereka mendapatkan kasih yang sama, penyediaan yang sama, tetapi yang bodoh gagal karena mereka ceroboh.  Yesus berkata celaka pada orang Farisi dan ahli Taurat karena mereka membatasi dengan apa yang bisa atau pernah mereka lakukan, tetapi bukan lagi karena ketaatan kepada Tuhan.  Kita tidak bisa menipu Tuhan.  Ia bisa melihat hati kita.
Tuhan mengasihi bangsa Israel, tetapi mereka tidak tahu kasih Tuhan yang tercurah atas mereka karena mereka bertanya ‘bagaimana’ (Maleakhi 1:2).  Lalu Tuhan berkata bahwa Ia mengasihi Yakub, ini berarti kasih Tuhan tidak diberikan dengan murahan atau asal-asalan.  Tuhan tidak mungkin mengasihi atau berbicara pada orang yang gegabah atau orang fasik.
Kita bisa melihat pada kenyataannya bahwa Tuhan memberikan berkat pasti disertai dengan tanggung jawab (Maleakhi 2:1-2).  Banyak orang Kristen tertipu karena mereka hanya mengejar berkat.  Padahal sebenarnya hidup mereka sudah menjadi kutuk.  Berkat yang luar biasa bisa menjadi kutuk.  Oleh karena itu, jika mamon tidak ditundukan maka itu bisa menyiksa hidup kita.  Kita menjadi tertahan untuk melakukan perintah Tuhan.  Awalnya dimulai karena tidak menghormati Tuhan lalu tidak memperhatikan perkataan-Nya dan berkat itu menjadi kutuk.  Memang akhir dari segalanya adalah takut akan Tuhan seperti yang dikatakan oleh Salomo.
Ujian yang sering dialami manusia adalah hal keuangan.  Motivasi hati kita semua akan terus diuji.  Seperti yang terjadi pada Ayub.  Waktu sudah tidak memiliki apa-apa lagi, masihkah manusia menyembah Tuhan.  Kitab Maleakhi banyak berbicara tentang keuangan karena pada nyatanya banyak manusia menyimpang di bagian itu.
Fokus Iblis adalah mencuri (Yohanes 10:10).  Kalau kita juga ‘mencuri’ berarti kita adalah anak Iblis.  Cara kerja Iblis memang mencuri, membunuh, dan membinasakan.  Kita pun bisa dicuri oleh Iblis ketika kita lengah, gegabah, atau sembrono.  Iblis akan terus mencari waktu lengahnya kita.  Namun Yesus datang kepada kita supaya kita memiliki hidup dalam segala kelimpahan.  Kelimpahan pertama yang luar biasa adalah kasih-Nya.  Kalau kasih Tuhan penuh atas kita, kita tidak mungkin menginginkan sesuatu yang aneh-aneh atau misalnya ingin ini-itu.
Tuhan bukan menunda berkat-Nya tetapi Ia ingin melihat apakah kita setia dalam perkara yang kecil.  Tuhan ingin ketika Ia mempercayakan berkat-Nya, kita menjadi orang yang dewasa.  Bukan seperti anak bungsu dan sulung dalam perumpamaan anak yang hilang.  Tuhan menyediakan segala sesuatu bagi kita untuk melakukan kehendak Tuhan.  Jadi bukan untuk menunjukkan kehebatan kita melainkan untuk memperlihatkan bahwa kita adalah tanaman kesukaan Tuhan.
Bani Yakub tidak akan lenyap (Maleakhi 3:6).  Yakub mengejar hak-hak kekekalan yang akan dikerjakan terus-menerus dari satu generasi ke generasi selanjutnya.  Bukan hanya sekedar pengejaran kepada motivator atau mentor dunia yang hasilnya kosong, tetapi lebih kepada sesuatu yang kekal.  Esau memiliki hak kesulungan itu tapi ia menukarnya dengan sepiring makanan.  Motivasi hatinya begitu dangkal.  Sekarang bagaimana dengan kita, apakah kita juga akan menukar hak kesulungan dengan keinginan daging yang selalu berteriak itu?  Itulah pekerjaan Iblis yang selalu mendorong kita untuk mengikuti keinginan sendiri dan bukan Tuhan.  
Sejak zaman nenek moyang, manusia sudah menyimpang (Maleakhi 3:7-8).  Mari sekarang kembali kepada kasih dan kehendak Tuhan.  Ketetapan Tuhan adalah hidup, bukan hukum.  Ia menginginkan persekutuan (hubungan) dengan kita.  Jadi tidak hanya hukum-hukum-Nya dipenuhi, tapi kita juga hidup di dalam kasih-Nya.  Karena apabila kasih Tuhan penuh atas kita, secara otomatis kita akan taat melakukan perintah-Nya.  Perpuluhan juga bukan hukum, tetapi hidup.  Intinya dalam hal keuangan, kita ini adalah pengelola.  Yang membuat manusia jatuh dalam dosa adalah ketika pengelola diubah menjadi pemilik.  Tuhan mempercayakan kita sebagai pengelola.  Kalau kita ikuti Tuhan saja, kita pasti diberkati.
Dalam hal perpuluhan dan persembahan ini Tuhan berkata bawalah (Maleakhi 3:9-12).  Tuhan tidak berkata bayarlah karena itu milik Tuhan.  Jangan disimpan atau disembunyikan karena sebenarnya itu ada pada kita dan kita tinggal membawanya kepada Tuhan.  Setelah dibawa pada Tuhan, Ia berkata “uji Aku”.  Tuhan tidak main-main, Ia minta diuji.  Kita bisa menguji Tuhan asal hidup kita benar dan bersih di hadapan Tuhan.  Lalu Ia akan membukakan tingkap-tingkap langit bagi kita.  Orang yang sungguh-sungguh melakukan kehendak Tuhan pasti diberkati.  Bahkan Ia akan menghardik belalang pelahap dari antara kita supaya berkatnya tercurah untuk kehendak-Nya terjadi.  Dari sini orang akan melihat ada perbedaan jelas antara kita dengan orang-orang yang tidak di dalam Tuhan.  Hidup kita benar-benar memperlihatkan apa yang dari Tuhan.
Kita dipanggil untuk menjadi pengelola.  Kalau hal itu berubah menjadi pemilik pasti timbul kekacauan.  Tuhan ingin kita hidup bukan untuk diri sendiri melainkan untuk kehendak Tuhan.  Perpuluhan dan persembahan ini berbicara juga tentang pengelolaan.  Biarkan Tuhan yang mengarahkannya.  Misalnya setelah mendapat gaji, kita langsung memberi perpuluhan.  Mungkin kebutuhan ke depan banyak dan kita tidak tahu ke depannya nanti bagaimana, tapi kalau kita mau menyerahkannya kepada Tuhan berarti kita menyerahkan masa depan kita di dalam Tuhan.  Mungkin ada ketakutan, tapi waktu kita berikan maka ada keterlepasan dan iman yang timbul karena kita percaya kepada Tuhan.  Pengaturan dari Tuhan itu luar biasa dan kita akan melihat mujizat-Nya terjadi.  Kita sebagai pengelola, baik atau tidak yang kita lakukan maka kita siap untuk dikoreksi atau disempurnakan.
Hal keuangan (perpuluhan dan persembahan) ini adalah keharusan dan bukan pilihan.  Ketika Ananias dan Safira menahan hasil penjualan tanah mereka, Tuhan langsung membunuh mereka.  Hatinya sudah tidak benar.  Di dalam firman Tuhan tertulis, “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.”  (Matius 10:39).  Dan di mana hartamu berada, di situ hatimu berada (Matius 6:21).
Dimulai dari bicara kurang ajar, pikiran kurang ajar, hitung-hitungan, gegabah, itulah orang fasik yang hidup seenaknya (Mal 3:13-18).  Di dalam jemaat kita harus saling mengingatkan satu dengan yang lainnya supaya tidak ada orang-orang yang disebut seperti di atas.
Memberitakan Injil seharusnya menjadi kesukaan dan bukan tugas.  Itu menjadi suatu kerelaan karena gaya hidup kita memang memberitakan Injil.  Di dalam Maleakhi 4:1-6, orang-orang fasik akan dilenyapkan.  Namun kita orang-orang yang takut akan Tuhan akan terus memerintah bersama-sama dengan Tuhan.  Bahkan kita diutus seperti domba di tengah-tengah serigala.  Memang itu harus kita alami, tetapi tidak selamanya kita akan seperti itu terus.  Kita akan membawa banyak orang untuk kembali kepada Tuhan.  Namun Bapalah yang menarik mereka.  Bagian kita adalah beritakan Injil baik atau tidak baik waktunya.
Berbicara tentang keuangan adalah tidak hanya menaati hukum, tetapi kehidupan supaya ada persediaan di rumah Tuhan.  Untuk apa?  Untuk Injil dapat terus diberitakan.  Jangan takut untuk memberi.  Jangan berpikir bahwa Tuhan tidak akan memberkati Saudara.  Saudara bawa saja perpuluhan dan persembahan itu maka Tuhan akan mencurahkan berkat-Nya.
Hosea Hartono

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Penginjilan | TNB