Berdoa

Jumat, 15 Maret 2013 0 komentar



Berdoa

Mari lihat di dalam Matius 6:5-8. Berbicara tentang hal berdoa, banyak dari antara kita berdoa hanya untuk kebutuhan sendiri, misalnya ketika akhir bulan banyak tagihan, kita mulai berdoa.  Namun jika kita melihat dalam firman Tuhan, orang-orang berdoa tidak hanya untuk kebutuhan jasmani saja.  Seperti ketika mereka ditindas oleh karena pemberitaan Injil, mereka berdoa bahkan mereka juga berdoa ketika ada orang yang sakit.  Jadi mereka tidak hanya berdoa untuk kepentingan diri sendiri.

Sering kita gantikan doa dengan pemberitakan Injil atau apa saja yang bisa kita lakukan.  Selain itu, kita harus tahu bahwa cara kita berdoa sudah berbeda dengan orang yang tidak mengenal Tuhan.  Kita harus sadar bahwa kita adalah anak Tuhan (Yohanes 1:12).  Tuhan sudah berjanji bahwa kita diberi kuasa untuk menjadi anak-anak-Nya.  Syaratnya, kita harus terus percaya dan hidup di dalam-Nya.  Kalau kita hidup sebagai anak-anak Tuhan, kita pasti kenal siapa Bapa kita.  Jika kita melihat gambaran bapa di dunia, kita bisa kecewa.  Namun apabila kita sudah bertemu dengan Bapa di sorga maka gambaran kekecewaan itu bisa hilang.

Kita berdoa seharusnya karena ada hubungan dengan Tuhan karena kita berbicara dengan Tuhan.  Kalau tidak ada hubungan itu, mana mungkin kita bisa meminta sesuatu dari Tuhan.  Seperti misalnya kita tidak tahu dan tidak kenal bapa kita, mana mungkin kita bisa minta kepadanya.  Namun sebagai anak-anak Tuhan, kita berbeda.  Kita bisa berdoa langsung kepada Bapa.  Tidak seperti Simon yang hatinya pahit seperti empedu.  Ketika ia disuruh berdoa, ia malah meminta rasul untuk mendoakannya.  Kita tidak seperti Simon itu karena kita punya akses sendiri untuk minta kepada Bapa.  Sekarang pertanyaannya, kita punya akses itu atau tidak?  Selama kita belum dilahirkan kembali dari Tuhan maka kita tidak akan punya akses (hubungan) itu.
Kita butuh berdoa karena tanpa Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa.  Jadi jangan merasa kita lebih dari Tuhan.  Misalnya kita berpikir kita bisa menciptakan handphone dan Tuhan tidak bisa.  Kalau bukan Tuhan yang memberi hikmat, kita tidak akan bisa menciptakan handphone itu.  Oleh karena itu, kita harus kembali kepada kasih yang mula-mula karena kalau tidak kembali maka kita akan terus jalan sendiri.  Mungkin kita bisa tetap berdoa, tetapi sebenarnya kita sudah jalan sendiri.  Atau kita bisa berkata sudah bertobat lahir baru, tapi tidak menghidupinya setiap hari.  Kita lihat bahwa berdoa itu penting.  Namun bukan berarti kita hanya berdoa-berdoa saja, tanpa melakukan apa-apa.  Para rasul juga berdoa dan mereka menjadi berani untuk memberitakan Injil.

Kita berdoa dan mencari Tuhan seperti perumpamaan tentang kerajaan Tuhan.  Ada orang yang kehilangan dirham dan ia pasti mencarinya sampai dapat.  Setelah mendapatkan kembali, orang itu langsung memanggil teman-temannya untuk berpesta.  Sama halnya dengan kita, kita yang dulunya hidup kacau lalu setelah bertemu dengan Tuhan, maka kita mau memberitakan kepada orang lain supaya mereka juga menemukan hidup di dalam Tuhan.  Kita akan sampai pada kerelaan dalam memberitakan Injil itu karena kita hidup di dalam anugerah.  Pemberitaan Injil bukan lagi menjadi keharusan atau kewajiban, tetapi alaminya kita karena kita sudah mendapatkan keselamatan dan hidup dalam anugerah Tuhan.
Kita perlu melekat terus kepada Tuhan, karena secara manusia kita sudah gagal.  Dia berikan Roh-Nya sebagai Penolong bagi kita supaya kita bisa melakukan perintah-Nya sampai selesai.  Kadang kita lupa bahwa kita sudah memiliki Roh Kudus, kuasa, janji, maka dari itu kita perlu berdoa.
Tuhan sebenarnya tahu segala keperluan kita.  Namun di dalam diri manusia sering diadu antara dua: apa yang menjadi keinginan kita atau kebutuhan kita.  Kita cenderung keinginan kita didahulukan, bukan kebutuhan kita.  Tuhan tahu memberikan yang terbaik bagi kita.  Sekarang kita mau yang terbaik dari Tuhan atau yang sesuai dengan keinginan kita?

Dalam Lukas 11:9-13, ada perumpamaan yang menjelaskan bahwa bapa pasti memberikan yang terbaik bagi anaknya.  Kalau anaknya minta ikan, tidak mungkin bapanya memberi ular atau kalajengking.   Lalu pertanyaannya, bagaimana jika anak meminta kalajengking?  Bapanya pasti tahu kalau kalajengking itu bisa mencelakakan anaknya.  Begitu juga dengan Bapa di sorga.  Dia pasti lebih tahu mana yang terbaik buat kita.  Lalu sekarang, kita mau yang terbaik dari Bapa atau yang menurut keinginan kita? Dalam berdoa, kita memang perlu cek.  Doa itu untuk memuaskan hawa nafsu kita atau karena kita memang berseru kepada Tuhan.  Ada orang berkata bahwa dia sudah  meminta kepada Tuhan, tapi tidak dikabulkan dan orang itu mulai kecewa.  Lalu apakah kita mau menjadi sama seperti orang itu?  Kita bisa belajar dari firman Tuhan.  Bapa di dunia saja tidak mungkin memberikan ular kalau anaknya meminta ikan, apalagi Bapa di sorga.  Bapa di sorga tidak akan memberikan sesuatu yang bisa membuat anak-Nya jatuh atau tersandung.  Kita ini sudah mendapat kemerdekaan dari Tuhan, jangan harapkan lagi apa yang dari dunia.
Dengan kita berdoa, kita akan semakin tahu apa yang menjadi keinginan hati Bapa.  Kita akan semakin tahu apa yang mau Tuhan berikan karena Ia pasti memberikan yang terbaik, bukan yang menurut kita baik.  Tuhan tahu segala sesuatu yang terbaik bagi kita.  Mari kita kembali kepada apa yang menjadi keinginan Tuhan.  Mulai lagi doa di center-center, doa penginjilan, dll.  Jangan sampai kita kehilangan dan menjadi tawar hati.

Kadang dalam memberitakan Injil, kita hanya sekedar menginjil, karena itu kita butuh berdoa.  Di dalam Alkitab pun tertulis berdoalah dengan tidak jemu-jemu.  Mungkin belum terlihat buahnya, tapi pasti ada buahnya.  Kita juga akan tahu buah itu dari Tuhan atau Iblis.  Karena Iblis bisa memberikan sesuatu yang mirip dengan yang dari Tuhan, tetapi tetap saja berbeda.  Tandanya jika dari Tuhan, kita pasti memperoleh damai sejahtera dan kita semakin kuat dalam melakukan kehendak-Nya.  Sebaliknya jika dari Iblis, kita akan dibuat menjadi nyaman dan berhenti untuk melakukan kehendak Tuhan.
Jangan sampai ada dosa yang menghalangi doa kita kepada Tuhan.  Kita bisa membuat kesalahan, tapi bukan berarti karena kesalahan itu kita tidak mau mencari Tuhan lagi.  Kita bisa gagal, tapi kita harus bangkit lagi.  Ketika Yesus mati selama 3 hari, Ia dianggap gagal.  Namun kemudian di hari ke-3 Yesus bangkit dan menyatakan bahwa Ia berkuasa.  Bagi manusia bisa dikatakan gagal, tetapi Yesus melakukan ketaatan sampai mati kepada Bapa.
Mari mulai meminta dengan sungguh-sungguh untuk orang-orang yang terhilang.  Dimulai dari diri kita sendiri.  Pastikan bahwa kita sudah dibenarkan oleh Tuhan dan kita bukan orang yang lemah.  Sehingga kita sendiri tidak ditolak setelah memberitakan Injil.  Kita butuh Tuhan berbicara karena kalau tidak, kita bisa menjadi liar.  Yang utama bukanlah untuk menunjukkan siapa yang lebih hebat, tapi Tuhan berkenan atau tidak kepada kita.  Karena percuma saja orang bisa bertepuk tangan untuk kita, tapi sebenarnya kita sudah menyimpang dari Tuhan.
Kita tidak perlu melihat orang lain atau menghakimi orang lain.  Kalau kita mau kembali kepada Tuhan yang kembali.  Kita akan semakin tahu kehendak Tuhan dan kita akan semakin disucikan.  Dari situ, kita akan berani menyampaikan kepada orang bahwa jalan keselamatan hanyalah Yesus Kristus.  Kita tidak lagi berbicara sesuatu yang kosong, tetapi sesuatu yang penuh kuasa.  Selain itu, pergunakan karunia yang sudah kita miliki yaitu bahasa roh.  Keluarkan karunia itu.  Lakukan segala yang diperintahkan Tuhan dengan setia.  Kita harus terus melekat kepada Tuhan.
Hidup di dalam Tuhan adalah hidup di dalam anugerah-Nya dan ikuti perintah-Nya.  Apabila kita terus menjaga hidup yang seperti itu maka kita pasti sampai kepada akhirnya.  Pengalihan memang banyak supaya kita lemah, tidak berdoa lagi, tidak memberitakan Injil, tidak menguatkan yang lain.  Namun jika kita mengasihi Tuhan dan sesama, kita pasti tidak teralihkan.  Mari kembali kepada kemurnian untuk melakukan kehendak Tuhan.  Kalau kita menyimpang atau membuat kesalahan ya selesaikan dan bangkit.  Tuhan itu setia dan carilah selama Ia berkenan ditemui.  Namun jangan sampai kita mempermainkan kesetiaan Tuhan.
Dalam Alkitab, Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya tentang berdoa (Lukas 18:10-14).  Ada dua orang yang berdoa kepada Tuhan, yang satu adalah orang Farisi dan satunya adalah pemungut cukai.  Yang orang Farisi berdoa dengan membanggakan dirinya, tetapi pemungut cukai berdoa dengan mengakui bahwa ia berdosa.  Lalu bagaimana dengan kita jika datang kepada Tuhan, kita minta Tuhan melegalkan apa yang kita lakukan atau kita mau merendahkan diri, taat, dan melakukan perintah-Nya.  Semua itu adalah pilihan.  Yang perlu kita bangga adalah kita adalah anak Tuhan dan sudah menjadi milik-Nya.  Sekarang yang harus kita lakukan adalah memberitakan kepada banyak orang bahwa tanpa Tuhan mereka pasti binasa.  Selain itu, mari saling mengingatkan dan menguatkan satu dengan yang lainnya di dalam jemaat.  

Hengky Irawan  

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Penginjilan | TNB